Pada tahun 2025, Tiongkok akan melaksanakan reformasi besar atas pajak properti, yang menandai era baru bagi sistem perpajakan sektor real estat di negara tersebut. Sebelumnya, pajak properti difokuskan pada uji coba di Shanghai dan Chongqing. Dengan semakin dalamnya reformasi, lebih banyak kota akan terlibat dalam uji coba, didukung oleh desain kebijakan yang semakin spesifik dan terarah.
Reformasi ini bertujuan utama untuk menekan spekulasi di pasar real estat, mendorong pertumbuhan perumahan yang sehat dan stabil, memperluas sumber pendapatan pemerintah daerah, menerapkan sistem pajak yang adil dan proporsional, serta memastikan distribusi kekayaan sosial secara merata. Sebagai instrumen regulasi utama di sektor real estat, pajak properti yang dirancang optimal dan cakupannya diperluas akan membantu menstandarisasi aktivitas pasar, mencegah lonjakan harga, serta mengurangi risiko gelembung properti.
Pada 2025, sejumlah kota uji coba akan melakukan revisi tarif pajak properti dengan menerapkan sistem tarif berjenjang yang lebih detail. Sebagai contoh, di Shanghai tarif pajak ditentukan berdasarkan kelompok harga pasar:
Sistem tarif progresif ini mengusung prinsip “harga tinggi, tarif meningkat”, sehingga beban pajak pada properti bernilai tinggi menjadi lebih besar, memfasilitasi regulasi berbeda, sekaligus menekan permintaan spekulatif di segmen properti mewah.
Di sejumlah kota, ambang pembebasan pajak kini lebih tinggi untuk memberikan ruang tinggal yang lebih layak bagi masyarakat. Misalnya, Chongqing meningkatkan ambang pembebasan pajak hunian pribadi dari 100 menjadi 180 meter persegi, sehingga pembeli rumah pertama maupun mereka yang menambah luas hunian mendapat keuntungan. Selain itu, dasar penghitungan pajak diubah dari harga transaksi menjadi 70% dari harga transaksi, sehingga beban pajak berkurang dan kebijakan menjadi lebih fleksibel dan adaptif.
Pada 2025, uji coba pajak properti akan diperluas dari Shanghai dan Chongqing ke pusat-pusat urban lain seperti Hangzhou, Shenzhen, dan Guangzhou. Tujuannya adalah mengambil pelajaran dari kota-kota besar demi membangun sistem pajak properti nasional yang terpadu, berbasis ilmu pengetahuan, dan adil.
Dengan cakupan dan tarif pajak properti yang diperbarui, biaya kepemilikan akan meningkat secara signifikan bagi wajib pajak. Khususnya, investor dengan banyak properti bernilai tinggi akan menanggung beban pajak yang jauh lebih besar.
Dengan adanya kebijakan baru ini, wajib pajak perlu secara cermat meninjau portofolio properti yang dimiliki, mengoptimalkan struktur portofolio, dan mengelola jumlah serta luas properti secara strategis agar tidak melebihi batas pembebasan pajak yang telah ditetapkan.
Karena detail kebijakan antar wilayah dapat berbeda, wajib pajak harus aktif memonitor pengumuman resmi dari otoritas pajak daerah agar selalu mendapat informasi terkini terkait aturan, tata cara, dan penegakan pajak properti. Hal ini penting untuk mencegah sanksi maupun kehilangan peluang akibat kurangnya pengetahuan.
Mengingat kompleksitas kebijakan dan dinamika pasar real estat, wajib pajak sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan konsultan pajak profesional. Dengan perencanaan pajak yang tepat, beban kewajiban pajak dapat diminimalkan dan seluruh proses tetap patuh regulasi.
Seiring kebijakan pajak properti makin terstruktur dan berlaku luas, pasar real estat Tiongkok diperkirakan akan bergerak lebih rasional dengan penurunan besar aktivitas spekulasi. Pajak properti akan menjadi instrumen utama pengendalian pasar, mendorong pergeseran dari ekspansi masif menuju pembangunan yang berkualitas dan berkelanjutan. Di sisi lain, pendapatan pajak properti memberikan pemerintah daerah sumber dana yang stabil untuk layanan publik dan pengembangan infrastruktur.